MEKANISME PERTAHANAN DIRI
Freud menggunakan istilah mekanisme
pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang
melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada
dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya
mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme
pertahanan diri merupakan bentuk penipuan diri.
Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.
Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.
a. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya
individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis
keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi,
hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap
ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang
sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam
situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya,
karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam
dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek
positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
1) Individu
cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak
menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
2) Berusaha
sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada,
3) Lebih
sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
4) Lebih
mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,
5) Lebih
sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang
tidak membahagiakan.
b.Supresi
Supresi merupakan suatu proses
pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan
dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan
itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu
mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan
kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi
umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan
(represi)
c.
Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan
pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan
yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan
ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu
tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan
untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya
tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih
sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci,
dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
d.
Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya
individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan
mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup
lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk
sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada
satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu
contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi
mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali
dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
e.
Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.
f.
Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum
dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak
mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan
sikap apatis.
g.Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.
h.
Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan,
maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur
penipuan diri.
i.
Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang
mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat
menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang
dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali
melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu
lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini
dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka
fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan
berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.
j.
Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.
k.
Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik
intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan
perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit
menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang
menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa
tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut
secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi
hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan
kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
l.
Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik
proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu
lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung
dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal
ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.
TEKNIK-TEKNIK DALAM
MENANGANI SETRES
Dalam menangani setres individu
cenderung mempunyai cara-cara tersendiri, dimana terkadang cara yang digunakan cenderung
unik dan tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Tapi dalam hal ini yaitu mengenai
teknik menangani setres di bagi menjagi dua, yaitu:
1.
Teknik
perilaku
Teknik
perilaku merupakan teknik menangani setres yang dimana teknik tersebut terkait
dengan perilaku individu yang dapat mengurangi stres. Seperti jika sedang
setres seseorang kan pergi memencing, dan sebagainya
2.
Teknik
kognitif
Teknik
kognitif adalah teknik dalam menangani setres yang dimana teknik tersebut
terkait dengan cara mengubah pendangan individu terhadap masalah tersebut
negatif menjadi cara pandang yang positif sehingga akan mengurangi setres.




